Langkah Membuat Wireframe Desain UI/UX, Beserta Keuntungan & Tipenya

Dalam dunia desain UI/UX, wireframe adalah tahap fundamental yang sangat membantu dalam memetakan struktur dan alur kerja aplikasi atau situs web sebelum memasuki tahap desain visual yang lebih kompleks. Saatnya kita membahas langkah-langkah penting dalam membuat wireframe yang efektif, memberikan pemahaman untuk kalian di bidang UI/UX.

Apa Itu Wireframe?

Wireframe adalah blueprint atau kerangka awal yang digunakan desainer untuk menentukan tata letak elemen visual dan interaksi pengguna dalam suatu produk digital. Dengan tampilan yang cenderung minimalis dan tanpa visual yang kompleks, wireframe lebih menekankan pada hierarki informasi, navigasi, serta interaksi yang akan digunakan. Singkatnya, wireframe berfungsi untuk memvisualisasikan alur kerja dan struktur tanpa terjebak dalam detail estetika.

Wireframe juga memainkan peran penting sebagai alat komunikasi antar anggota tim, memfasilitasi diskusi dan penyempurnaan produk. Dengan menggunakan wireframe, desainer bisa mengidentifikasi potensi masalah dan mengevaluasi apakah alur pengguna telah sesuai dengan tujuan produk.

Langkah-Langkah Membuat Wireframe Desain UI/UX

Membuat Wireframe Desain UI UX
Source Image : Istockphoto

1. Menentukan Tujuan dan Sasaran Pengguna

Langkah pertama yang perlu dilakukan sebelum membuat wireframe adalah memahami tujuan utama dari produk dan kebutuhan pengguna yang akan dijangkau. Ini meliputi analisis tentang apa yang ingin dicapai oleh pengguna ketika menggunakan aplikasi atau situs, fitur apa yang penting, dan informasi apa yang ingin disampaikan. Dengan pemahaman yang kuat tentang tujuan ini, desainer bisa memastikan bahwa wireframe yang dibuat benar-benar relevan dengan kebutuhan pengguna.

2. Menyusun Alur Pengguna (User Flow)

Setelah menetapkan tujuan, langkah selanjutnya adalah menyusun user flow atau alur pengguna. User flow adalah gambaran bagaimana seorang pengguna akan berinteraksi dengan aplikasi atau situs web dari awal hingga akhir untuk mencapai tujuannya. Misalnya, dalam aplikasi belanja, alur pengguna dapat dimulai dari halaman beranda, dilanjutkan dengan pencarian produk, pemilihan produk, hingga proses pembayaran.

3. Mulai dengan Wireframe Sketsa Kasar

Wireframe awal bisa dimulai dengan sketsa kasar menggunakan kertas dan pensil. Dalam tahap ini, desainer tidak perlu fokus pada detail atau keindahan, melainkan memusatkan perhatian pada tata letak elemen, seperti posisi tombol, gambar, dan teks. Ini bertujuan untuk memetakan ide-ide awal dengan cepat dan bebas tanpa batasan digital. Sketsa kasar membantu desainer untuk mengeksplorasi berbagai ide sebelum dipindahkan ke wireframe digital yang lebih detail.

4. Menggunakan Tools Wireframing Digital

Setelah membuat sketsa kasar, langkah berikutnya adalah menggunakan tools digital untuk membuat wireframe dengan lebih terperinci. Tools wireframing seperti Adobe XD, Figma, dan Wireframe.CC menyediakan berbagai fitur yang memudahkan dalam pembuatan wireframe yang interaktif dan kolaboratif. Beberapa alat ini bahkan memiliki komponen UI bawaan dan opsi kolaborasi yang memungkinkan desainer untuk berbagi wireframe dengan tim atau klien secara real-time.

Setiap tools memiliki kelebihan dan kekurangan tersendiri, sehingga pemilihan alat bisa disesuaikan dengan kebutuhan spesifik proyek dan preferensi desainer. Misalnya, Figma sangat cocok untuk proyek kolaborasi karena berbasis cloud, sedangkan Adobe XD unggul dalam fitur prototipe interaktif.

5. Fokus pada Hierarki Visual

Hierarki visual adalah aspek yang sangat penting dalam desain UI/UX, dan harus menjadi prioritas dalam wireframe. Hierarki visual membantu pengguna dalam mengenali elemen mana yang harus dilihat terlebih dahulu, seperti judul, gambar utama, dan tombol tindakan utama (CTA). Desainer bisa menggunakan ukuran, penempatan, dan jarak antar elemen untuk menciptakan hierarki yang jelas, sehingga pengguna dapat menavigasi dengan mudah dan cepat.

6. Menggunakan Grid dan Struktur yang Konsisten

Penggunaan grid atau kisi dalam wireframe membantu menjaga konsistensi dan keteraturan tata letak halaman. Grid membuat elemen lebih teratur dan seimbang, yang memudahkan pengguna untuk memindai informasi dengan cepat. Misalnya, dengan menetapkan grid 12 kolom pada wireframe, desainer bisa menentukan lebar elemen seperti gambar, teks, dan tombol dengan lebih akurat.

7. Menyederhanakan dengan Warna Hitam Putih

Pada tahap wireframing, sebaiknya gunakan warna hitam putih untuk menghindari fokus pada aspek visual yang kurang relevan. Penggunaan warna-warna cerah pada wireframe hanya akan mengalihkan perhatian dari tujuan utama wireframe, yaitu menyusun tata letak dan alur interaksi. Hitam, putih, dan abu-abu biasanya digunakan untuk menunjukkan elemen penting, seperti tombol atau link, tanpa mengganggu elemen lainnya.

Dengan penggunaan warna monokrom, desainer dan tim dapat lebih fokus pada alur interaksi pengguna, tanpa terganggu oleh unsur estetika yang biasanya ditambahkan pada tahap desain visual.

8. Membuat Wireframe Interaktif (Jika Diperlukan)

Jika memungkinkan, buatlah wireframe yang interaktif agar stakeholder dapat menguji alur pengguna dengan lebih realistis. Tools seperti Adobe XD, Figma, dan Justinmind menawarkan fitur prototipe interaktif yang memungkinkan desainer untuk menambahkan klik dan transisi antar halaman pada wireframe. Wireframe interaktif ini memudahkan tim untuk memahami pengalaman pengguna dari awal hingga akhir, dan mengidentifikasi potensi hambatan atau ketidaksesuaian dalam alur interaksi.

9. Mengintegrasikan Feedback dari Stakeholder

Feedback dari stakeholder, baik itu anggota tim, klien, maupun calon pengguna, sangat penting dalam penyempurnaan wireframe. Setelah membuat wireframe, desainer bisa mengajukan pertanyaan pada stakeholder, seperti: “Apakah alur pengguna ini mudah dipahami?” atau “Apakah posisi tombol-tombol utama sudah sesuai?”

Feedback yang diterima dapat menjadi dasar untuk perbaikan wireframe sebelum dilanjutkan ke tahap desain visual. Tools kolaborasi seperti Figma dan Cacoo memudahkan desainer untuk mengundang stakeholder berkolaborasi langsung dalam wireframe.

10. Melakukan Pengujian Wireframe

Sebelum masuk ke tahap desain visual, lakukan pengujian pada wireframe untuk memastikan alur dan tata letak sudah sesuai dengan harapan pengguna. Pengujian wireframe bisa dilakukan dengan meminta beberapa orang mencoba menggunakannya dan memberikan feedback. Observasi pada tahap ini penting untuk mengevaluasi apakah wireframe telah memenuhi kebutuhan pengguna dan apakah ada bagian yang perlu disesuaikan.

Hasil dari pengujian wireframe akan sangat berguna dalam mengidentifikasi dan menyempurnakan potensi masalah dalam alur pengguna, sehingga ketika memasuki tahap desain akhir, kemungkinan perubahan akan lebih kecil.

Keuntungan Menggunakan Wireframe

Keuntungan Menggunakan Wireframe
Source Image : Freepik

Penggunaan wireframe memberikan berbagai keuntungan yang membantu mempercepat proses desain dan meminimalkan risiko perubahan besar di akhir proyek. Berikut adalah beberapa keuntungan utama dari penggunaan wireframe dalam desain UI/UX:

1. Mempermudah Komunikasi Tim

Wireframe memfasilitasi diskusi antar anggota tim, seperti antara desainer, pengembang, dan klien. Semua pihak dapat melihat kerangka antarmuka dan memberikan masukan, sehingga mengurangi potensi miskomunikasi.

2. Menghemat Waktu dan Biaya

Wireframe membantu mendeteksi masalah sejak awal, menghindarkan tim dari kebutuhan untuk membuat perubahan besar setelah desain visual atau pengembangan sudah dimulai.

3. Membantu Fokus pada User Flow

Wireframe memaksa desainer untuk fokus pada alur pengguna dan struktur dasar tanpa teralihkan oleh elemen estetika. Ini memastikan alur interaksi pengguna sudah optimal sebelum memasuki tahap desain visual.

4. Membantu Prioritasi Elemen Penting

Melalui wireframe, desainer dapat menentukan elemen mana yang perlu diperhatikan dan mana yang bisa dioptimalkan, seperti tombol tindakan utama (CTA) dan navigasi utama, untuk mempermudah pengalaman pengguna.

Tipe Wireframe Yang Perlu Diketahui

Terdapat beberapa jenis wireframe yang dapat digunakan, tergantung dari tingkat detail dan kompleksitas yang dibutuhkan. Berikut adalah tipe-tipe wireframe yang umum:

1. Wireframe Low-Fidelity

Wireframe low-fidelity adalah wireframe dasar yang menggambarkan sketsa awal dengan elemen-elemen penting tanpa detail tinggi. Biasanya, wireframe ini hanya menampilkan tata letak dan alur kerja, serta menggunakan garis dan kotak sederhana untuk elemen-elemen.

2. Wireframe Medium-Fidelity

Wireframe medium-fidelity memiliki lebih banyak detail daripada low-fidelity. Selain tata letak, wireframe ini mencakup elemen visual, seperti teks dan ikon. Medium-fidelity wireframe memberikan gambaran lebih nyata tentang tampilan akhir tanpa menggunakan elemen visual yang rumit.

3. Wireframe High-Fidelity

High-fidelity wireframe adalah versi yang paling detail dan dekat dengan tampilan akhir produk. Tipe ini sering digunakan untuk menunjukkan prototipe interaktif dengan elemen visual lengkap, seperti warna, gambar, dan animasi sederhana, agar stakeholder lebih memahami desain yang akan diterapkan.

Kesimpulan

Pembuatan wireframe merupakan langkah penting dalam desain UI/UX yang membantu merancang produk digital secara sistematis dan efisien. Melalui pemahaman tentang keuntungan, elemen-elemen dasar, tipe wireframe, dan langkah-langkah pembuatannya, desainer dapat menghasilkan wireframe yang efektif sebagai landasan dalam menciptakan pengalaman pengguna yang optimal.

Tools seperti Figma, Adobe XD, dan Wireframe.CC sangat berguna dalam membuat wireframe secara kolaboratif. Dengan pendekatan yang sistematis, desainer bisa mempersiapkan wireframe yang efektif dan intuitif, yang akan menjadi panduan solid dalam pengembangan produk digital.

 

 

 

Seorang UI/UX Designer sekaligus Website Developer di Next Digital Indonesia. Senang berdiskusi tentang teknologi terkini dan berbagai game yang sedang populer saat ini.